Nats: Pengharapan itu sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang
telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir ... (Ibrani 6:19)
Siapa yang tidak takut ketika harus menghadapi badai besar di
tengah lautan? Angin dan ombak yang besar itu dapat membuat kapal
yang kita tumpangi menjadi kandas. Pada saat seperti itulah sebuah
sauh atau jangkar diturunkan ke dasar laut. Ukuran jangkar jelas
sangat kecil bila dibandingkan dengan ukuran kapal, namun perannya
sangat besar untuk menahan kapal dari terjangan ombak.
Alkitab mengibaratkan pengharapan kepada Tuhan seperti jangkar.
Dengan jangkar itulah orang dapat bertahan dalam badai
ketidakpastian hidup. Seperti pengalaman Abraham. Istrinya sudah
menopause dan dirinya juga sudah begitu tua. Mungkinkah ia akan bisa
mendapatkan keturunan seperti yang dijanjikan Tuhan? Penantian
panjang ini seperti badai yang dapat menggoyahkan iman Abraham.
Namun Alkitab mencatat, Abraham menanti dengan sabar (ayat 15).
Mengapa? Karena Abraham tahu kepada Siapa ia meletakkan
pengharapannya (ayat 16-18). Penulis kitab Ibrani mendorong jemaat
Tuhan yang mulai goyah imannya untuk memiliki pengharapan yang
demikian (ayat 11-12).
Tuhan kita adalah Tuhan yang selalu menepati janji-Nya. Dia tidak
pernah berdusta. Apakah kita sungguh meletakkan pengharapan kita
kepada-Nya? Menanti memang adalah pekerjaan yang tidak menyenangkan,
tetapi menanti adalah bukti kesungguhan iman dan pengharapan kepada
Pribadi yang memberikan janji itu. Jangan berusaha menjawab
pergumulan dengan cara kita sendiri. Jangan pernah meninggalkan
pengharapan kita dalam Tuhan. Pengharapan itulah sauh bagi jiwa,
yang akan menjaga kita untuk tidak goyah diombang-ambingkan badai
kehidupan. --VT
KITA DAPAT BERHARAP PADA JANJI-JANJI TUHAN
KARENA KITA TAHU DIA YANG MENJANJIKANNYA SETIA