Wednesday 15 February 2012

MERAYAKAN KASIH?

Nats: Saudara-saudaraku yang terkasih, marilah kita saling mengasihi,
sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang
mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah (1 Yohanes 4:7)


Asosiasi kartu ucapan AS memperkirakan satu miliar kartu Valentine
dikirim tiap tahun di seluruh dunia. Hanya Natal yang
menandingi-nya. Tahukah Anda bahwa 14 Februari sebenarnya sudah
dihapus dari kalender gerejawi? Ini karena latar belakang sejarahnya
sangat diragukan. Kemungkinan perayaan ini berkaitan dengan
Lupercalia, festival kesuburan dengan ritual penghormatan dewa-dewi
dan lotere pasangan lawan jenis. Identitas St. Valentinus yang nama
nya dipakai untuk perayaan ini juga ku rang jelas. Pastur dari Roma,
uskup dari Terni, atau martir di Afrika? 14 Februari adalah tanggal
kematian mereka sebagai martir. Jauh dari konotasi cinta romantis.



Hiruk pikuk perayaan bisa jadi justru membuat kasih makin dangkal
dimaknai. Padahal, kasih adalah hal yang esensial dalam iman
kristiani. Firman Tuhan menyatakannya dengan ringkas dan gamblang:
Allah adalah kasih; kasih berasal dari Allah (ayat 7-8). Jadi, bagi
anak-anak Allah, kasih semestinya merupakan identitas keluarga. Dari
bacaan Alkitab hari ini kita mendapati bahwa kasih diperintahkan,
diteladankan, disempurnakan oleh Allah bagi kita (ayat 11, 17).
Kasih dimungkinkan melalui pengalaman kita menerima kasih Allah
(ayat 10, 19) dan ditumbuhkan melalui pengenalan kita akan Dia (ayat
16-18).



Kekristenan tanpa kasih adalah sebuah omong kosong. Hari ini,
mintalah Tuhan menyelidiki hati kita: Bagaimana kasih saya kepada
Allah? Kepada sesama? Dunia membutuhkan dan menanti kan anak-anak
Allah mencerminkan dan menceritakan tentang kasih-Nya yang mulia.
Pertumbuhan kita dalam kasih merupakan tanda bahwa kita tinggal di
dalam Allah.

Saturday 11 February 2012

SAUH BAGI JIWA

Nats: Pengharapan itu sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang
telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir ... (Ibrani 6:19)

Siapa yang tidak takut ketika harus menghadapi badai besar di
tengah lautan? Angin dan ombak yang besar itu dapat membuat kapal
yang kita tumpangi menjadi kandas. Pada saat seperti itulah sebuah
sauh atau jangkar diturunkan ke dasar laut. Ukuran jangkar jelas
sangat kecil bila dibandingkan dengan ukuran kapal, namun perannya
sangat besar untuk menahan kapal dari terjangan ombak.



Alkitab mengibaratkan pengharapan kepada Tuhan seperti jangkar.
Dengan jangkar itulah orang dapat bertahan dalam badai
ketidakpastian hidup. Seperti pengalaman Abraham. Istrinya sudah
menopause dan dirinya juga sudah begitu tua. Mungkinkah ia akan bisa
mendapatkan keturunan seperti yang dijanjikan Tuhan? Penantian
panjang ini seperti badai yang dapat menggoyahkan iman Abraham.
Namun Alkitab mencatat, Abraham menanti dengan sabar (ayat 15).
Mengapa? Karena Abraham tahu kepada Siapa ia meletakkan
pengharapannya (ayat 16-18). Penulis kitab Ibrani mendorong jemaat
Tuhan yang mulai goyah imannya untuk memiliki pengharapan yang
demikian (ayat 11-12).



Tuhan kita adalah Tuhan yang selalu menepati janji-Nya. Dia tidak
pernah berdusta. Apakah kita sungguh meletakkan pengharapan kita
kepada-Nya? Menanti memang adalah pekerjaan yang tidak menyenangkan,
tetapi menanti adalah bukti kesungguhan iman dan pengharapan kepada
Pribadi yang memberikan janji itu. Jangan berusaha menjawab
pergumulan dengan cara kita sendiri. Jangan pernah meninggalkan
pengharapan kita dalam Tuhan. Pengharapan itulah sauh bagi jiwa,
yang akan menjaga kita untuk tidak goyah diombang-ambingkan badai
kehidupan. --VT

KITA DAPAT BERHARAP PADA JANJI-JANJI TUHAN
KARENA KITA TAHU DIA YANG MENJANJIKANNYA SETIA